Sisa BBM Solar Perjalanan Kapal Besar - Kencing di tengah Laut
https://indonesian-country.blogspot.com/2014/11/sisa-bbm-solar-perjalanan-kapal-besar.html
Tenangnya ombak laut, gelapnya malam, menyamarkan segala kegiatan para Pekerja Laut. Sebuah kapal berbahan Fiber dengan kecepatan 40 kilometer per jam melaju ke arah tujuan tak jauh. Dari pesisir Cilacap menuju antrian 3 Kapal Besar di dekat Pulau Nusa Kambangan. Dari situ kapal kecil siap menampung 'kencingan' Solar dari kapal-kapal besar.
Kapal-kapal besar berjenis tanker, tongkang, atau kargo mampu mengisi Bahan Bakar sampai Ratusan Ton, dan dapat berhari-hari menurunkan jangkar di sekitar pulau Alcatraz Indonesia itu. Kongkalikong antara Kapten Kapal dan 'Pengencing' selalu terjadi dini hari untuk menghindari keramaian.
"Kapten Kapal nya langsung transaksi sama Tekong (Kapten kapal Fiber), semuanya pakai tunai," kata awak kapal Fiber bernama RIY, Jumat pekan lalu di Pelabuhan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah.
Transaksi gelap itu berlaku amat cepat. Kapal Fiber merapat pada lambung kapal. Selang berdiameter 10 sentimeter lalu disambungkan ke Kran Pembuang Solar, kemudian dihubungkan ke kapal Fiber. Minyak hitam itu ditampung pada seluruh Dek kapal Fiber.
"Sekali terima kencingan bisa 1 sampai 2 ton, itu untuk sekali jalan saja. Kalau maksimal 5 sampai 6 kali bolak balik," ujar RIY. Dia menghitung sekali kencing bisa sampai 12 ton, menghabiskan waktu beroperasi hingga 5 jam.
Tekong harus mempunyai keahlian khusus dalam membawa kapal fiber. Bahan bakar Solar yang ditampung bisa membuat kapal Fiber menjadi berat dan membuat kapalnya hanya berjarak sejengkal dari gapaian air laut. Nahkoda mesti memperhatian datangnya arah ombak dan riak jalur kapal.
Bukan tak mungkin perahu bisa terbalik jika tidak bisa menghindari angin besar. Nyawa jadi taruhan bagi para awak kapal Fiber. "Saya pernah terbalik kapalnya waktu kejadian itu. Sudah rugi banyak, pulang dimarahi bos," tuturnya.
Sesampainya di pelabuhan, solar ditampung pada tong tong berkapasitas 1 ton. Kemudian tong-tong berisi solar ini diangkut menggunakan mobil bak terbuka yang ditutup Terpal biru menuju Gudang yang jaraknya tak jauh.
Gudangnya pun tertutup rapat dengan pagar setinggi 5 meter, terletak di Kampung Donan, Cilacap. Pemiliknya PO, nama samaran, salah satu bos jaringan kencingan solar terbesar di wilayah itu.
"Dia punya semuanya, gudang, kapal, truk tangki, belasan anak buah. Semua warga pesisir tahu dia Bos minyak," kata PO. Dia menjadi pelaku kencingan dari zaman minyak tanah hingga solar bersubsidi.
Awak kapal Tongkang pembawa Batu bara, Jon (nama samaran), mengaku permainan 'kencing' di tengah laut menjadi mata pencarian seluruh Kapal di Indonesia. Praktek haram ini menjadi sampingan bagi Kapten kapal dan Kepala Kamar Mesin mendapatkan uang tambahan.
"Kita dapat jatah Solar dari kantor sesuai jarak tempuh, per harinya (RPM) berapa ton," ujar Jon. "Saat mau isi bahan bakar, kalau ada sisanya bisa kita mainkan."
Dia mencontohkan kapal Tongkang nya mendapat jatah 100 ton Solar sehari. Jika tiba ditujuan masih ada sisa 20 ton, kapten kapal dapat menjual kepada para 'jaringan kencing tengah laut' di daerah tujuan.
"Yang dapat banyak jatah Kapten kapal sama KKM (kepala kamar mesin). ABK (anak buah kapal dapat tapi nggak banyak, cukuplah buat beli kopi sama rokok," tutur Jon.
"Kapten Kapal nya langsung transaksi sama Tekong (Kapten kapal Fiber), semuanya pakai tunai," kata awak kapal Fiber bernama RIY, Jumat pekan lalu di Pelabuhan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah.
Transaksi gelap itu berlaku amat cepat. Kapal Fiber merapat pada lambung kapal. Selang berdiameter 10 sentimeter lalu disambungkan ke Kran Pembuang Solar, kemudian dihubungkan ke kapal Fiber. Minyak hitam itu ditampung pada seluruh Dek kapal Fiber.
"Sekali terima kencingan bisa 1 sampai 2 ton, itu untuk sekali jalan saja. Kalau maksimal 5 sampai 6 kali bolak balik," ujar RIY. Dia menghitung sekali kencing bisa sampai 12 ton, menghabiskan waktu beroperasi hingga 5 jam.
Tekong harus mempunyai keahlian khusus dalam membawa kapal fiber. Bahan bakar Solar yang ditampung bisa membuat kapal Fiber menjadi berat dan membuat kapalnya hanya berjarak sejengkal dari gapaian air laut. Nahkoda mesti memperhatian datangnya arah ombak dan riak jalur kapal.
Bukan tak mungkin perahu bisa terbalik jika tidak bisa menghindari angin besar. Nyawa jadi taruhan bagi para awak kapal Fiber. "Saya pernah terbalik kapalnya waktu kejadian itu. Sudah rugi banyak, pulang dimarahi bos," tuturnya.
Sesampainya di pelabuhan, solar ditampung pada tong tong berkapasitas 1 ton. Kemudian tong-tong berisi solar ini diangkut menggunakan mobil bak terbuka yang ditutup Terpal biru menuju Gudang yang jaraknya tak jauh.
Gudangnya pun tertutup rapat dengan pagar setinggi 5 meter, terletak di Kampung Donan, Cilacap. Pemiliknya PO, nama samaran, salah satu bos jaringan kencingan solar terbesar di wilayah itu.
"Dia punya semuanya, gudang, kapal, truk tangki, belasan anak buah. Semua warga pesisir tahu dia Bos minyak," kata PO. Dia menjadi pelaku kencingan dari zaman minyak tanah hingga solar bersubsidi.
Awak kapal Tongkang pembawa Batu bara, Jon (nama samaran), mengaku permainan 'kencing' di tengah laut menjadi mata pencarian seluruh Kapal di Indonesia. Praktek haram ini menjadi sampingan bagi Kapten kapal dan Kepala Kamar Mesin mendapatkan uang tambahan.
"Kita dapat jatah Solar dari kantor sesuai jarak tempuh, per harinya (RPM) berapa ton," ujar Jon. "Saat mau isi bahan bakar, kalau ada sisanya bisa kita mainkan."
Dia mencontohkan kapal Tongkang nya mendapat jatah 100 ton Solar sehari. Jika tiba ditujuan masih ada sisa 20 ton, kapten kapal dapat menjual kepada para 'jaringan kencing tengah laut' di daerah tujuan.
"Yang dapat banyak jatah Kapten kapal sama KKM (kepala kamar mesin). ABK (anak buah kapal dapat tapi nggak banyak, cukuplah buat beli kopi sama rokok," tutur Jon.